Belajar dari Alam
Di dalam kehidupan ini, manusia
selalu berusaha untuk mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan itu dapat diperoleh
dari AMAL yaitu Allah, Manusia dan Alam. Kita di haruskan untuk memperoleh
kebahagiaan itu, sesuai dengan firman ALLAH dalam Al-Qur’an surat Al-Qashash
sebagai berikut
"77. Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."
Banyak cara
untuk memperoleh kebahagiaan itu, salah satu caranya mendapatkan kebahagiaan
yang bersumber dari Alam.
Bumi tempat tinggal penuh dengan
beraneka ragam makhluk,dari apa saja yang kita lihat sampai apa-apa yang tidak
bisa kita lihat. Allah menciptakan makhluk-makhluk-Nya dengan segala macam
kelebihan, sekecil apapun makhluk ALLAH pasti mempunyai faedah.
Apabila kita belajar apa yang
tersirat pada alam semesta ini, kita akan temukan berbagai macam hal yang dapat
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pohon, binatang, air, benda langit dan
sebagainya. Apabila kita perhatikan baik-baik tingkah laku dan gerak-gerik
mereka maka kita akan takjub, betapa kuasanya ALLAH. Begitu pula hal yang dapat
dipelajari.
Semakin kita meresapi alam
semesta ini, akan kita dapatkan bahwa manusia sangat kecil dan tidak berarti
sedikitpun disbanding Sang Pencipta kita, ALLAH SWT. Dengan mempelajari alam
kita akan lihat tanda-tanda kebesaran ALLAH dan manusia tidak pantas sedikitpun
untuk menyombongkan diri.
·
Angin
Pasti anda pernah mendengar kalimat “kabar angin?” yang berarti suatu
kebohongan. Kita fikir sebenarnya siapa
yang berbohong? Angin? Atau orang yang bicara itu?. Sesungguhnya kebohongan itu
berasal dari manusia bukannya angin. Angin itu jujur, kemanapun angin bertiup
ia akan mengatakan apa saja yang terjadi. Apabila angin itu berhembus dan
melewati tumpukan sampah yang sudah tahu bagaimana bau nya itu, ia akan membawa
bau itu kepada siapa saja yang ia temui.
Begitu pula
dengan harum, apabila ia melewati sekuntum bunga yang tengah mekar, ia pasti
mengabarkan pada semua orang tentang keharuman bunga tersebut. Tidak ada yang
ditutup I, kenyataan harus dikatakan walau itu menyakitkan. Sebagaimana dengan
kita, kaum manusia, seharusnya kita malu. Kalau angin saja bisa jujur, mengapa
kita tidak?
·
Bebek
Semua pasti
sudah kenal dengan hewan mungil ini, yang biasa di jual di warung-warung, ada
bebek goring dan sebagainya jenis makanan dari bebek. Apakah kita pernah
berfikir sejenak dengan kehidupan bebek. Seekor bebek yang sedang asyik
berenang di sebuah danau yang sejuk. Ia menyelam dan timbul lagi. Meskipun
berkali-kali ia seperti itu, menyelam dan timbul lagi bulu-bulunya tidak akan
pernah basah, ia tetap kering.
Apabila kita hubungkan dengan
kehidupan kita, air danau diibaratkan sebagai lingkungan dan bebek adalah
manusia. Walaupun kita berada di lingkungan yang rusak sekalipun, bila kita
tetap berpegang teguh pada kebenaran, maka tidak sedikitpun lingkungan yang
rusak dan kotor itu dapat mempengaruhi kita. Maka, jadilah seperti bebek yang
teguh, walaupun segarnya air danau menariknya untuk berenang, namun ia
tetap kering dan tidak basah sedikitpun.
· Bintang
Langit
malam tidak akan menjadi indah tanpa ada bintang yan bertaburan di langit. Dari
kejauhan kita dapat melihat ia kelap-kelipkan cahanya, sungguh indahnya malam
itu.
Bintang
film, bintang kelas atau bintang lapangan, apa maksudnya? Itu merupakan julukan
yang diberikan untuk orang-orang yang hebat dan besar, serta lebih dari yang
lainnya. Lain halnya dengan bintang yang ada di langit, meskipun ia besar,
lebih besar dari bumi, bahkan lebih besar dengan matahari, namun ia tidak
menampakkan dirinya. Ia cukup memberikan cahayanya.
Ia hanya
menjadi orang di belakang panggung, biarlah manusia yang menikmati cahayanya.
Ia tidak mau menjadi sombong karena telah membuat malam hari menjadi indah.
Lain halnya dengan manusia, manusia itu kecil namun ia ingin menjadi besar
(besar kepala mungkin), yang cenderung sombong, ingin di sanjung, di puji,
ataupun ingin dikenal oran lain. Bahkan sampai disiarkan di media massa. Masya
ALLAH…
Janganlah
menuruti ego berlebihan, yang tidak akan pernah puas akan apa yang ada pada
dirinya, yang menjerumuskan kepada sifat
~s o m b o n g~ dan jadilah seperti bintang yang rendah hati, karena
didalam kerendahan itu terdapat sanjungan, pujian dan keterkenalan yang
sebenarnya.
·
Air
Merupakan
suatu zat cair yang mempunyai sifat selalu mengalir ketempat yang lebih rendah.
Apakah pernah anda melihat air mengalir ke tempat yang lebih tinggi? Tentu saga
tidak, hanya orang-orang tertentu yang bilang air mengalir ke tempat yang lebih
tinggi (orang tiiit). Di manapun letaknya air selalu mengalir ke tempat yang
lebih rendah.
Begitu juga
dengan manusia, apabila ia selalu melihat pada orang yang lebih beruntung, maka
hidupnya tidak tenang. Melihat tetanggnya punya sepeda motor baru, ia tidak
bisa tidur. Ia selalu berfikir bagaimana ia juga bisa punya sepeda motor baru
yang lebih canggih dari tetanbganya tersebut.
Namun ada
juga manusia yang bersifat seperti air,
ia selalu melihat ke bawah di mana masih banyak orang yang susah dari dirinya.
Manusia yang bersifat air ini, hidupnya akan tenang karena ia selalu mensyukuri
apa yang ALLAH berikan padanya.
Manusia
yang selalu melihat ke bawah tidak akan merasa sedih bila ada tetangganya yang
beli sepeda motor baru. Karena dalam pikirannya, ia merasa masih beruntung bisa
beli sepeda sedangkan masih banyak orang yang berjalan kaki ke mana saja.
Berlakulah seperti air , mensyukuri nikmat yang telah ALLAH berikan kepada
kita, maka kelak ALLAH akan menambahnya dan menunjukinya kepada jalan yang
lurus.
·
Pohon
ALLAH
menciptakan manusia berbeda-beda, bahkan kembar identikpun pasti memiliki perbedaan.
Perbedaan itu membuat hidup menjadi lebih seragam dan berwarna. Apa jadinya
bila semua manusia di dunia sama? Tentu hidup akan terasa monoton dan hambar.
tapi ingat
!!! berbeda boleh saja asal perbedaan itu tidak menjadi boomerang bagi
persatuan. Banyak sudah contohnya, penjarahan yang diakibatkan perbedaan status
sosial, pertempuran antar warga akibat perbedaan suku. Bahkan perbedaan tata
cara beribadah dalam suatu agama sering menimbulkan perpecahan.
Dalam
menanggapi sebuah perbedaan, kita harus selalu melihat kebelakang. Seperti
sebuah pohon, dari satu batang akan tumbuh beberapa cabang, dari cabang-cabang
akan tumbuh beberapa ranting. Semakin banyak cabangnya, semakin indah dan
banyak pula buah yang dihasilkan.
Batang
pohon itu tidak pernah melarang cabang-cabang dan ranting-ranting itu bergerak.
Mereka pergi kemana mereka suka. Tapi satu hal yang harus diingat, untuk dapat etap hidup dan menhasilkan buah,
cabang-cabang dan ranting itu membutuhkan zat makanan yang diperoleh dari akar
dan dialirkan melalui batang. Jadi, walaupun berbeda bentuk dan fungsinya,
mereka menyadari bahwa perbedaan bentuk dan fungsi itu dapat digunakan untuk
memperoleh tujuan dan kebahagiaan bersama, bukan tujuan batang, atau ranting
saja. Mereka saling bekerja sama untuk memperoleh tujuan dan kebahagiaan.
Begitu juga
manusia, perbedaan yang dimiliki harus membuat kita sadar bahwa tidak ada
manusia yang sempurna, kita semua saling membutuhkan dan saling dibutuhkan.
Tidak ada manusia yang mampu melakukan segalanya sendiri. Setiap manusia
mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Seperti halnya sebuah pohon,
kita dapat saling melengkapi dan dalam mencapai tujuan hidup. Jadilah seperti
pohon yan menjadikan perbedaan itu sebuah kelebihan dan menyadari bahwa kita saling
membutuhkan, tidak ada petani maka tidak ada nasi.
·
Gelas
Apa yang
kita ketahui tentang gelas? Ia merupakan wadah untuk kita minum. Mungkin tanpa
kita tersadar bahwasanya gelas itu mengajarkan kita untuk tidak serakah. Memang
sudah menjadi sifat manusia yang tidak pernah merasa puas dengan apa yang ada
pada dirinya. Sudah punya satu, ingin dua, dan ingin tiga dan seterusnya. Kita
harus menyadari, manusia itu tidak akan pernah puas. Yang menghipnotis kita
untuk mencari kepuasan itu, yang tanpa tersadar kita bahwasanya dunia ini
tidaklah abadi, kita hidup hanya sementara dan sangatlah singkat.
Apapun
bentuknya, kelebihan itu tidak akan membawa kebaikan. Terlalu banyak makan akan
membuat perut kita sakit, terlalu banyak harta akan membuat hidup kita tidak tenang,
kita selalu kepikiran harta itu, bagaimana menyimpannya agar tidak berkurang
>> itulah yang diajarkan Qorun.
Seperti
sebuah gelas kosong yang dituangkan air, mula-mula terisi seperempat, setengah,
lalu sepertiga dan akhirnya penuh. Bagaimana apabila kita terus menuangkan air
ke dalam gelas? Jelas akan tumpah. Gelas tidak akan sanggup untuk memuatnya.
Seharusnya
kita meniru apa yang terjadi pada gelas itu. Kita harus bersyukur dengan apa
yang telah ALLAH berikan kepada kita di dunia ini. Gelas itu tidak serakah, ia
tidak memaksakan apa-apa yang ia tidak bisa melakukan. Tidak berlebihan, tidak
merasa ia paling.
Alangkah
indahnya apabila kita tidak serakah. Selalu mencari sesuatu yang ia perlukan
saja dan kelebihannya ia berikan kepada orang lain. Seperti halnya dengan gelas
yang tidak serakah.
·
Karet
Seorang
anak kecil sedang memainkan karet, ia menariknya kesana-kemari dengan
senangnya. Ditarik lagi karet itu dengan sekuat tenaga dan akhirnya putus. Anak
itu terkejut karena melukai tangannya.
Dari ilustrasi
tersebut apabila dihubungkan dengan kehidupan manusia akan tergambarkan manusia
yang tidak mempunyai pendirian, yang diibaratkan seperti karet tadi. Diajak
kemanapun mau. Ida tidak mempunyai keyakinan dalam dirinya, yang membuat mudah
dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Seperti karet yang ditarik, lama
kelamaan akan putus. Begitu pula dengan manusia yang tidak punya pendirian,
suatu saat ia akan terluka.
Itulah
kebesaran ALLAH yang patut kita percayai, semoga apa yang telah terpaparkan di
atas dapat mempertebal iman kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar